Minggu, 26 April 2015

Melihat kedepan dan menyadari tentang apa yang kualami. Semuanya sudah tertulis sebelum semuanya terjadi.  Menjalani sesuatu yang sebelumnya aku benci, aku tahu ini akan terasa menyakitkan. Memikirkanmu tertawa dengan seseorang yang lain. Aku tidak tahu apakah aku harus senang atau sedih. Aku selalu berkata padamu kalau aku baik baik saja. Aku tidak akan apa apa dan menyertaimu. Berpura-pura menerima ini dan selalu mendukungmu. Tersenyum didepanmu. Pada kenyataannya hatiku tidak bisa membohongi perasaanku. Membohongi diriku dan aku mohon jangan menatapku seperti itu. Itu membuatku semakin sulit melupakanmu. Berjalan diantara kalian. Aku yakin kau bingung mengapa aku menjadi bersikap dingin padamu. Aku sadar jika aku bersikap hangat padamu itu membuatku semakin sulit melepaskanmu. Aku rasa disini tidak hanya aku yang terluka. Menjadi kaku saat saling bicara. Tersenyum dan hanya mengucap salam. Aku tidak bisa lagi, menatapmu memeluknya ini sudah lebih dari cukup. Aku mungkin bodoh karena masih bertahan. Kamu selalu menganggapku adik kecilmu yang manja. Kita sudah dewasa. Kamu memperlakukanku seakan aku ini murid tk. Memanggilku dan berlari kearahku, melambaikan tanganmu dan tersenyum. Tolong jangan lakukan itu. Mungkin kau tidak tahu kalau itu menyiksaku. Aku hanya tersenyum dan menjawabmu. Apa kau tidak sadar dengan semua senyum palsuku. Mencoba bertindak kuat dan bertahan. Aku tidak seratus persen yakin dengan keputusanku ini. Apakah ini akan berhenti. Badai yang menerpaku ini, akankah akan berhenti?. Memejamkan mataku dan membayangkan kehangatan musim panas, namun saat aku membuka mataku badai itu belum hilang. Mereka masih berputar mengelilingiku.
Pagi ini ketika kau menatapku dan berkata seakan tidak terjadi apapun sebelumnya. Awal yang tidak pernah kuduga. Kau memasang senyummu itu lagi. Berkata padaku untuk berjalan jalan sore nanti. Mungkin aku harus menolak. Mungkin kau akan mengajaknya. Kau jangan membuat hidupku menyedihkan. Hanya sebagai adikmu. Kau mengusap rambutku dan tersenyum padaku. Kau selalu mengatakan adik kecilku. Berhenti! Kita bukan saudara! Aku ingin kau melihatku, melihat keberadaanku. Bukan sebagai adikmu. Aku.. Aku hanya ingin kamu paham.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

The Dream of the Future

Melihat kedepan dan menyadari tentang apa yang kualami. Semuanya sudah tertulis sebelum semuanya terjadi.  Menjalani sesuatu yang sebelumnya aku benci, aku tahu ini akan terasa menyakitkan. Memikirkanmu tertawa dengan seseorang yang lain. Aku tidak tahu apakah aku harus senang atau sedih. Aku selalu berkata padamu kalau aku baik baik saja. Aku tidak akan apa apa dan menyertaimu. Berpura-pura menerima ini dan selalu mendukungmu. Tersenyum didepanmu. Pada kenyataannya hatiku tidak bisa membohongi perasaanku. Membohongi diriku dan aku mohon jangan menatapku seperti itu. Itu membuatku semakin sulit melupakanmu. Berjalan diantara kalian. Aku yakin kau bingung mengapa aku menjadi bersikap dingin padamu. Aku sadar jika aku bersikap hangat padamu itu membuatku semakin sulit melepaskanmu. Aku rasa disini tidak hanya aku yang terluka. Menjadi kaku saat saling bicara. Tersenyum dan hanya mengucap salam. Aku tidak bisa lagi, menatapmu memeluknya ini sudah lebih dari cukup. Aku mungkin bodoh karena masih bertahan. Kamu selalu menganggapku adik kecilmu yang manja. Kita sudah dewasa. Kamu memperlakukanku seakan aku ini murid tk. Memanggilku dan berlari kearahku, melambaikan tanganmu dan tersenyum. Tolong jangan lakukan itu. Mungkin kau tidak tahu kalau itu menyiksaku. Aku hanya tersenyum dan menjawabmu. Apa kau tidak sadar dengan semua senyum palsuku. Mencoba bertindak kuat dan bertahan. Aku tidak seratus persen yakin dengan keputusanku ini. Apakah ini akan berhenti. Badai yang menerpaku ini, akankah akan berhenti?. Memejamkan mataku dan membayangkan kehangatan musim panas, namun saat aku membuka mataku badai itu belum hilang. Mereka masih berputar mengelilingiku.
Pagi ini ketika kau menatapku dan berkata seakan tidak terjadi apapun sebelumnya. Awal yang tidak pernah kuduga. Kau memasang senyummu itu lagi. Berkata padaku untuk berjalan jalan sore nanti. Mungkin aku harus menolak. Mungkin kau akan mengajaknya. Kau jangan membuat hidupku menyedihkan. Hanya sebagai adikmu. Kau mengusap rambutku dan tersenyum padaku. Kau selalu mengatakan adik kecilku. Berhenti! Kita bukan saudara! Aku ingin kau melihatku, melihat keberadaanku. Bukan sebagai adikmu. Aku.. Aku hanya ingin kamu paham.

0 komentar:

Posting Komentar

- Copyright © ~Nyan Desu (^3^) - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -